Rabu, 20 Juni 2012

12 ALASAN MENDASAR INVESTASI EMAS


Hal yang menarik untuk saya sampaikan disini adalah tentang 12 alasan mendasar, mengapa kita berinvestasi pada emas :
1.       Penurunan Nilai Mata Uang Global,
Seluruh mata uang kertas turun nilainya dari waktu ke waktu karena uang baru terus “dicetak” ke masyarakat kapan saja dan berapa saja pemerintah mau, yang akibatnya terjadi inflasi. Inflasi terjadi karena “banyaknya uang beredar” di masyarakat yang TIDAK diiringi dengan peningkatan produksi barang-barang riil atau biasa disebut GDP. Berbicara mata uang kertas, tentu tidak terlepas dengan dolar Amerika (US$), dimana seperti yang pernah saya sampaikan dalam blog ini tentang “kehancuran US$” bahkan sampai saya tulis cerita imaginer “pembubaran uang dolar Amerika” serta banyak tulisan di blog ini mengaitkan emas dengan US$ yang pada intinya, US$ secara fundamental dan teknikal sudah sangat lemah sehingga dapat “jatuh” secara dramatis. Bahkan kondisi demikian kalau melihat Rupiah menguat terhadap dolar Amerika sudah hampir 2 bulan ini sebenarnya suatu bukti dan pertanda kondisi yang dijelaskan diatas, kecuali memang pemerintah Indonesia sendiri yang mengehndaki Rupiah melemah terhadap dolar AS seperti yang sering dibahas di media masa karena, Indonesia lebih senang Rp melemah terhadap dolar AS agar barang ekspor Indonesia mampu bersaing di pasar global karena seolah-olah barang Indonesia harganya murah. Oleha karena itu, sebagai langkah awal yang harus kita ambil dalam menyikapi kondisi tersebut maka memilih investasi dalam bentuk benda nyata (tangible asset) khususnya benda yang sangat istimewa yaitu EMAS, dimana dalam kondisi krisis akan harganya akan naik sangat signifikan seperti yang pernah saya bahas dalam blog ini.
2.          Peningkatan Permintaan Investasi Emas
Banyak ahli percaya bahwa ketika masyarakat dunia sadar tentang “Emas adalah Uang yang sesungguhnya” serta merupakan cara investasi retail yang paling aman, maka otomatis akan beralih ke Emas dan meninggalkan atau mengalihkan investasi yang selama ini banyak yang mempercayakanya kepada uang kertas (tabungan, deposito, dll) serta produk investasi financial lainya yang berbasis uang kertas, yang akibatnya terjadi peningkatan permintaan Emas untuk investasi.
3.          Merosotnya Kondisi Keuangan Amerika
Fiskal gap negara Amerika Serikat untuk dimasa depan (jatuh tempo tahun 2008-2030) mencapai US$ 76 Trillion (76.000.000.000.000 US$ = Rp. 706.800.000.000.000.000 tujuh ratus enam ribu delapan ratus triliun rupiah). Kebutuhan anggaran belanja dimasa depan tidak sebanding dengan pemasukan pajak dari masyarakat Amerika.  Sejak tahun 2001 Amerika telah menghabiskan lebih dari US$ 800 Billion (milyar) untuk perang melawan teroris, Irak, Afganistan dan negara-negara lainnya. tahun 2008 anggaran sekitar US$ 200 Billion untuk biaya perang Irak ditambah dengan anggaran rutin belanja militernya rata-rata sebesar US$ 500 Billion /tahun dan terus naik. Defisit neraca perdagangan sampai 800 billion US$ pertahun. Dan kondisi demikian sepertinya akan terus berlanjut, sehingga kondisi keuangan Amerika akan terus merosot.
4.          Meningkatnya Supply Uang yang berlebihan di Amerika dan Negara lain di Dunia
Seperti yang pernah dikatakan Ben Bernanke (chairman the FED saat ini), The FED punya kewenangan untuk mencetak uang baru dan jika diperlukan, the FED akan menggunakan kewenangan tersebut untuk menangkal deflasi. Langkah yang diambil the FED ini banyak diikuti negara lain di dunia dan akibatnya uang kertas secara global mengalami peningkatan supply. Disamping itu, langkah stimulus ekonomi yang dilakukan oleh Ben Bernanke dengan terus memotong suku bunga the FED terus dikritisi oleh pendahulunya Alan Greenspan dengan mengatakan, “Bila dibiarkan inflasi terus tumbuh, pertumbuhan akan turun, rakyat akan menderita dengan penurunan taraf hidup dan Amerika sangat mungkin menghadapi stagflation”. Stagflation berarti terjadi kondisi yang stagnan yang dicirikan oleh rendahnya pertumbuhan ekonomi, dan tingginya pengangguran sehingga inilah pemicu terjadinya resesi. Kondisi demikian, tentunya sangat baik untuk menciptakan kenaikan harga EMAS.
5.          Supply Emas di Dunia Terbatas
Secara hitungan kasar, tambang emas di dunia hanya mampu men-supply rata-rata 2500 ton Emas per tahun, sementara itu untuk memenuhi permintaan Emas “tradisional” (perhiasan, pemakaian industry, dll) saja tidak mencukupi, sehingga Emas selalu menjadi barang langka. Emas digali terus dari perut bumi dan terakumulasi dipermukaan bumi. Emas tidak dikonsumsi, jadi jumlahnya terakumulasi, meskipun demikian Emas selalu menjadi barang langka karena seluruh Emas yang ada dipermukaan bumi yang telah ditambang saat ini sejak pertama kali Emas ditemukan hanya berkisar 150.000 – 160.000 ton saja, artinya hanya 1,5% - 1,6% saja kenaikan supply nya setiap tahun dan ini seiring dengan pertambahan penduduk di bumi ini, sehingga Emas selalu “langka”. Sehingga turunya harga Emas sering diakibatkan oleh pelepasan cadangan emas oleh bank central didunia walau pun hanya sekedar isu pelepasan Emas, misalnya isu pada tahun 2008 yang diumumkan oleh pejabat keuangan AS bahwa AS mendukung rencana penjualan emas oleh IMF, maka pasar langsung merespon negative sehingga harga emas langsung turun padahal belum tentu IMF benar-benar melepas emasnya.  Mengapa saya katakana demikian karena isu serupa sudah sering disampaikan sejak tahun 1999 dan 2005. Inilah cara AS dan IMF serta Bank-bank central di negara-negara besar (khususnya yang memiliki cadangan Emas terbesar) “bermain” dalam harga Emas.
6.          Adanya Mekanisme “leasing” Emas antara Bullions Bank dengan Bank Central
Ketidak seimbangan antara supply and demand Emas terkait dengan minimnya supply dari tambang emas di dunia seperti penjelasan poin 5, kondisi ini dimanfaatkan bank central untuk memobilisasi cadangan Emasnya ke pasar dengan cara “leasing” Emas. Dari data yang ada terdapat sekitar 10.000 – 16.000 ton Emas di pasar dunia berasal dari bank central  dengan mekanisme “leasing” Emas kepada bullion bank. Atau dengan kata lain supply Emas dipasar Emas dunia sekitar 30-50% dari total cadangan Emas di bank central seluruh dunia yang di “leasing” kan. Dan ini menjadi hutang Bullion Bank kepada Bank Central, yang mana ini menjadi konter penjualanya mereka dalam transaksi Emas di pasar dunia.
Beberapa aspek kolusi dalam praktek kartel Emas sedang didalami GATA. Pada Juli 1998 di hadapan Congress AS, Alan Greenspan yang waktu itu menjabat Gubernur The Fed mengatakan Komisi Perdagangan Berjangka Komoditi (CFTC) AS tidak perlu repot-repot mengurusi aturan main derivatif emas dengan dalih bahwa bank-bank sentral siap mengintervensi lewat mekanisme leasing untuk menstabilkan harga Emas, tetapi yang terjadi sebenarnya adalah justru menaikan harga Emas.
Sayang, informasi praktek kartel Emas lewat mekanisme “leasing” selama ini ditutupi dari pengetahuan publik untuk menjaga kepentingan bank sentral, terutama di AS yakni The Fed semasa komando Greenspan.
7.          Suku Bunga Yang Rendah Menurunkan Minat Menyimpan Dolar Amerika
Saat ini sesuai press releases 27 April 2011 the FED menetapkan suku bunga yang rendah yaitu 0,25% dan akan terus mempertahankan suku bunga rendah tersebut. Dengan demikian khususnya produsen Emas lebih tertarik menyimpan emasnya daripada menjualnya ke pasar karena asset uang dolar AS, hasil penjualan yang disimpan diberikan bunga yang rendah, atau dengan kata lain menjual Emas secukupnya hanya untuk memenuhi biaya operasional saja. Sehingga Emas semakin langka di pasaran.
8.     Kenaikan Harga Emas dan Suku Bunga Rendah Menurunkan Minat Untuk Berspekulasi Jangka Pendek
Permainan para spekulan yang memiliki akses ke Bank central dapat menahan laju penurunan harga Emas, karena ketika harga Emas sudah mulai turun dan sudah mendapat keuntungan sekitar 0,5%-1% minimum dari kartel emas mekanisme “leasing”, maka spekulan tersebut akan menjual Emasnya dan menginvestasikan ulang keuntunganya tersebut dalam satu proses. Dan praktek ini banyak dilakukan oleh para spekulan Emas, sehingga hal ini sama saja melakukan transaksi “fiktif” dalam Emas, yang pada kondisi sebenarnya Emas yang ada tidak bertambah hanya berputar dan permainan para spekulan saja, sehingga pada saatnya akan tiba transaksi “real” yang mengakibatkan ketidak seimbangan sangat besar antara supply Emas dengan demand Emas yang sesungguhnya, yang akibatnya tentu harga Emas akan naik.
9.       Terjadi Titik Balik Ketika Bank Central Enggan Untuk Memberikan Lebih banyak Emas ke Pasar
         Adanya rumor tentang rencana diversifikasi asset Bank central dari US$ ke Emas dalam jumlah besarsehingga menambah komposisi asset Emas yang dicadangkan menjadi lebih besar daripada asset dalam US$. Artinya, kemungkinan kedepan Bank Central lebih mengurangi cadangan US$ nya dan enggan melepas Emasnya ke pasar. Walau demikian rumor ini belum dapat dipastikan, tetapi bila hal ini terjadi maka bersiap-siaplah harga Emas akan melejit.
10.        Emas Sedang Meningkat Popularitasnya
Emas semakin popular karena sering digunakan sebagai skema ekonomi negara-negara di dunia khususnya China, India dan Rusia yang mulai menata cadangan devisanya kedalam bentuk Emas.  Faktanya China dengan jumlah penduduk 1,3  Milyar jiwa mulai membentuk National Gold Exchange dan memberikan kelonggaran dalam menambah cadangan devisa Emasnya, coba bandingkan dengan langkah di Indonesia begitu banyak tentangan dari orang yang berkuasa di negeri ini saat ada wacana memperbesar cadangan Emas BI seperti yang pernah saya ulas dalam blog ini. Bahkan China diperkirakan bisa menambah cadangan devisa Emasnya lebih dari 500 ton dalam beberapa tahun kedepan.
11.          Emas sebagai Uang Sesungguhnya sudah mulai di percaya banyak pihak
Negara-negara islam, tidak terlepas juga di Indonesia sedang gencar-gencarnya melakukan sosialisasi dan pemahaman tentang Emas sebagai mata uang sesungguhnya dengan pendekatan Al- Quran dan Hadist, seperti yang juga dilakukan oleh blog ini. Bahkan presiden Argentina, saat kampanyenya, mendukung kembalinya uang Emas peso, hal ini untuk mengatasi malapetaka moneter di Argentina. Dan Rusia sudah membicarakan konversi penuh terhadap mata uangnya kembali ke Emas. Nah, negara Indonesia kapan ada pemimpinya baik eksekutif dan legislative berbicara seperti mereka, kapan yah ?.
12.           Keterbatasan Jumlah Emas ”fisik” Dalam Perputaran Pasar Emas Dunia
Emas yang ada didunia ini nilainya lebih dari 1 Trilyun US$, sementara total Emas yang diperdagangkan oleh perusahaan tambang Emas diseluruh dunia nilainya kurang dari 100 Milyar US$. Artinya banyak perputaran jual-beli Emas dalam bentuk uang kertas US$ akibat ulah para spekulan, yang pada akhirnya akan banyak aliran trilyunan uang kertas US$ pada pasar Emas yang akan mendorong kenaikan Emas yang tidak terduga.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar