inilah
yang menjadi inspirasi judul artikel. Mengapa saham dengan emas disandingkan
dalam perbandingan pemilihan jenis investasi dimana keduanya memiliki kesamaan
untuk dibeli kemudian dijual kembali.
Ini adalah pertanyaan yang lumrah dilontarkan bagi siapa pun yang akan
memulai investasi, baik saham maupun investasi emas. Dan jawabnya juga pasti
sama yaitu “beli pada saat harga rendah dan jual pada harga tinggi”. Itulah
hukum dagang dalam investasi, pertanyaanya kapan harga rendah itu muncul ? itu
yang tidak mudah. Dalam investasi apapun yang perlu dikelola sebenarnya “hawa
nafsu”. Management nafsu atau sabar menjadi faktor penentu keberhasilan sebuah
investasi. Sebagai pengalaman Pribadi, hegemoni naiknya harga saham pada tahun
2007 membuat saya “latah” untuk masuk kedalam bursa. Awalnya mudah mendapatkan
profit tetapi rupanya ini bom waktu, seperti balon yang menggelembung, harga
saham terus naik dan akhirnya pecah pada tahun 2008 seiring terjadinya krisis
subprime mortage di AS yang mengakibatkan harga-harga berguguran, bayangkan
harga saham ANTM & BUMI yang sebelum krisis mencapai 4000 sampai 5000 rupiah
per lembar saham pada saat krisis harga bisa jatuh sampai 770-800 rupiah per
lembar. Bayangkan waktu itu saya termasuk didalam kondisi tersebut dan karena
kondisi “panik” saya akhirnya melakukan “cut lose” saham saya.
Ilmu
yang saya dapat dari pelajaran saham diatas, kita tidak terlalu tergiur dengan
naiknya saham yang fantastis, tetapi sebaiknya kita punya asset yang cukup saat
harga sedang terjun bebas, itulah keberhasilan warent buffet sang rajanya saham
di dunia. Dia dengan sabar menanti saat-saat yang tepat untuk masuk membeli
saham pada saat kondisi harga diobral. Yakinlah bahwa siklus krisis akan selalu
ada, entah dalam periode 5, 10 atau 20 tahun, sehingga perencanaan finansial
juga merupakan bagian dari yang disampaikan dalam Al-Quran Surah Yusuf 47-38, bila kita punya
uang dan belum menemukan sarana investasi yang tepat
maka "pertahankan dalam tangkainya" atau bahasa umunnya
dapat saya terjemahkan "pegang dulu dalam bentuk aset yang
paling aman" yang juga bisa menjadi 'hakim' yang adil yaitu
emas.
Investasi
di Emas mirip dengan saham tetapi saham tidak mirip dengan emas. Emas dibilang
mirip dengan saham karena harga naik turun layaknya harga saham, begitu saat
jual maupun beli ada harga patokan jual ada patokan harga beli yang biasanya
selesihnya 4% pada waktu yang sama. Contoh kalau harga jual LM 400 ribu maka
harga beli yang diterima LM sekitar 384 ribuan. Saham tidak mirip dengan emas
karena saham merupakan kepemilikan terhadap suatu perusahaan, saham lebih
dikarenakan kinerja perusahaan terkait dan kondisi regional bursa saham.
Sehingga saham ada kalanya harga nol kalau memang perusahaan tersebut bangkrut,
tetapi kalau emas tidak akan pernah nol karena emas itu sebenarnya alat tukar
tetapi saham bukanlah alat tukar. Saham adalah bukti kepemelikan kita terhadap
suatu perusahaan.
Sehingga
instrument saham dan emas sangatlah erat bagi para pemain saham. Walaupun belum
ada statistik yang saya dapatkan tetapi saya punya keyakinan bagi pemain saham
professional mungkin lebih dari separuhnya juga berinvestasi di emas tetapi
orang yang berinvestasi di emas belum tentu main di saham. Bahkan dalam bukunya
Rully K pun menerapkan pengalihan asset emas saat sedang naik tinggi dan
dialihkan untuk membeli saham disaat harga saham sudah jatuh pada titik nadir.
Mengapa
demikian ? tentu jawabanya sederhana, ketika seorang investor menanam sahamnya
dalam kondisi perusahaan sehat tentu sudah pasti, tetapi ingat saham juga
sangat rentan dengan isu atau kondisi regional, orang bilang “latah”, sehingga
dalam kondisi krisis biasanya untuk menjaga nilai asetnya mereka segera menjual
sahamnya dan membelikanya emas karena diyakini emas tahan terhadap goncangan
krisis, bahkan harga emas kebalikanya, di saat terjadi krisis harganya pasti
melonjak drastis karena orang semua sadar dan yakin bahwa orang seluruh dunia
dalam kondisi demikian akan mencari cara
dalam penyelamatan asset mereka dalam bentuk emas, sekali lagi emas adalah uang
tetapi uang bukanlah emas. Dalam kondisi normal saja emas harganya selalu naik
diatas inflasi apalagi kalau krisis bisa dua kali lipat dari inflasi.
Karena
alasan tersebut diatas maka tidak lah salah kalau kita mengkaitkan saham dan
emas untuk mengamati bulan “baik” berinvestasi emas. Didalam dunia saham
dikenal dengan January effect, dimana pada bulan January rata-rata pemilik
saham menata kembali porto folionya, sehingga banyak investor rame-rame masuk
ke pasar saham yang pada umumnya mereka lepas emas yang mereka punya untuk
sementara beralih ke saham, yang berakibat harga emas pada bulan tersebut logikanya
turun karena banyak emas yang dilepas ke pasaran.
Memang
dalam kondisi normal harga kenaikan saham lebih menggiurkan ketimbang emas
tetapi saat krisis tidak ada yang bisa mengalahkan lonjakan harga emas, sehingga saham sangat disarankan untuk instrument investasi dalam
kondisi suhu politik/ekonomi baik regional maupun lokal pada konsisi stabil. Property pun dalam kondisi krisis bisa di obral
karena kesulitan likuiditasnya seperti yang terjadi di AS tahun 2008 banyak
kredit KPR macet akhirnya banyak rumah yang disita pada akhirnya rumah melimpah
tidak ada yang beli bahkan dengan bunga KPR mendekati nol sekalipun.
Kembali
kepada saham dan emas, patokan lain yang bisa kita pakai adalah dengan
menggunakan data komparasi antara Dow Jones Industrial Avarage (DJIA) dan harga
emas yang tabelnya pernah saya muat dalam blog ini.
Data ini dapat kita lihat sebagai indicator seberapa dalam krisis itu terjadi
khsususnya setelah “Nixon Shock” karena sangat erat hubunganya dengan
pergerakan harga emas US$/OZ. Dalam kurun waktu 40 tahun (1970-2010) kenaikan
harga emas hampir 3 kali lipat lebih besar kenaikan emas daripada kenaikan
DJIA. Artinya apa ? artinya dengan jumlah emas yang sama kita bisa membeli
jumlah saham yang semakin banyak atau lebih banyak. Atau dengan kata lain
semakin lama bila kita jual saham dan dialihkan ke emas maka semakin lama akan
mendapatkan berat emas yang semakin sedikit.
Hal lain yang perlu kita cermati, mengapa pelaku ekonomi dunia selalu membuat yang namanya DGR yaitu perbandingan antara Dow Jones Industrial Avarage dengan harga emas dalam satuan US$, artinya memang DGR ini bukan untuk mengukur saham yang ada di Indoensia, tetapi bagi pemain saham guru-gurunya pasti menyarankan pergerakan saham di US sebagai barometer pergerakan saham dunia. Artinya dengan dibuatnya DGR secara tidak langsung kita dapat ambil kesimpulan bahwa emas sangat stabil nilainya sehingga membuat perbadingan saham dengan harga emas. Tetapi analisa saya ini bukan berarti secara mentah-mentah diterima sebagai klaim bahwa saham akan memberikan hasil yang lebih buruk daripada emas, mungkin saja sebagai pemain saham yang sudah ulung dapat melihat saham-saham tertentu yang sangat baik yang tentunya bisa mengungguli emas. Yang penting pada posisi dimana kemampuan kita saat ini dalam mempelajari peluang investasi baik emas maupun saham, semua ada ilmunya.
Hal lain yang perlu kita cermati, mengapa pelaku ekonomi dunia selalu membuat yang namanya DGR yaitu perbandingan antara Dow Jones Industrial Avarage dengan harga emas dalam satuan US$, artinya memang DGR ini bukan untuk mengukur saham yang ada di Indoensia, tetapi bagi pemain saham guru-gurunya pasti menyarankan pergerakan saham di US sebagai barometer pergerakan saham dunia. Artinya dengan dibuatnya DGR secara tidak langsung kita dapat ambil kesimpulan bahwa emas sangat stabil nilainya sehingga membuat perbadingan saham dengan harga emas. Tetapi analisa saya ini bukan berarti secara mentah-mentah diterima sebagai klaim bahwa saham akan memberikan hasil yang lebih buruk daripada emas, mungkin saja sebagai pemain saham yang sudah ulung dapat melihat saham-saham tertentu yang sangat baik yang tentunya bisa mengungguli emas. Yang penting pada posisi dimana kemampuan kita saat ini dalam mempelajari peluang investasi baik emas maupun saham, semua ada ilmunya.
Bagaimana
hubunganya antara Saham perusahaan emas dengan emas ? untuk menjawabnya perlu
kita ambil data harga saham ANTM dengan harga emas ANTM dalam rentang periode
yang saya miliki datanya yaitu Februari – Mei 2011. Karena kalau secara umum
hubungan saham dan emas sudah saya jelaskan diatas, dimana hubunganya baik
saham perusahaan emas maupun saham secara umum bisa dijadikan acua. Tetapi
dalam paragraph ini saya coba bandingkan bagaimana hubungan kenaikan emas
dengan pergerakan harga saham ANTM dalam rentang tersebut. khususnya dibulan April 2011 dimana harga emas spot
ANTAM LM sedang naik tajam dari harga per 11 April pada harga Rp. 420.000/gram
sampai menuju Rp. 437.000/gr pada tanggal 2 Mei atau mengalami kenaikan sekitar
4% sementara harga saham ANTM dalam kurun waktu tersebut malah turun 5% dari
semula harga saham ANTM Rp. 2.400 menjadi hanya Rp. 2.275 per lembar sahamnya.
Artinya investasi dalam bentuk emas tidaklah relevan dengan membeli saham
perusahaan penghasil emas (ANTM), apalagi bila terjadi krisis ekonomi makro,
harga emas dengan harga saham emas sangatlah bertolak belakang, dimana harga
emas naik sangat tinggi sedangkan harga saham perusahaan emas terjun bebas
sangat rendah seperti yang terjadi pada krisis tahun 1998 dan 2008.
Harga
emas sekarang sudah “purely” terpengaruh oleh “supply and demand”. Untuk
mudahnya sebagai “guidance” secara umum adalah bila kondisi makro tidak stabil
maka harga emas cenderung tinggi, sehingga membeli emas disaat kondisi normal
kenaikan emas tidak terlalu tinggi, tetapi masih mampu mengimbangi inflasi
bahkan secara statistik lebih dari 1400 tahun harga 1 ekor kambing tetap 1 dinar (emas).
Dari
banyak literature yang saya baca, hubungan antara saham dan emas selalu
mengerucutnya pada kondisi ekonomi makro, sehingga yang terpenting dari
investasi adalah tetapkan dahulu tujuanya apa ? apakah hanya untuk spekulasi
atau menyelamatkan nilai uang yang kita peroleh untuk tujuan jangka panjang ?.
Kalau niatnya untuk ber-spekulasi tentu cara berfikirnya fokus terhadap
strategi kapan “jual” dan kapan “beli” dalam rentang waktu yang menyesuaikan
kondisi membeli pada harga rendah dan menjual pada harga tinggi. Tetapi bila
kita bertujuan untuk investasi jangka panjang misal menabung emas untuk
kebutuhan membeli rumah, pergi haji, biaya pendidikan anak sekolah, persiapan
pensiun, dll maka emas adalah jawabanya. Karena emas dalam fiqih islam disebut
sebagai alat tukar yang adil dan mampu mengimbangi laju inflasi.
Sebagai
penutup, saya tekankan kembalikan pada tujuan investasi kita adalah jawaban
dari semua yang akan diambil dalam menentukan investasi apa yang cocok untuk
kita lakukan. Sebagai contoh kalau saya punya uang hari ini dan cukup untuk
membeli mobil, pertanyaanya seberapa perlu mobil buat kita dan keluarga apalagi
masih ada mobil dinas, maka sebaiknya uang tersebut dibelikan emas batangan 24
karat dan disimpan, Insya Allah pada saatnya kita butuh mobil cukup dengan
menjual emas yang kita simpan bisa membeli mobil sejenis bahkan bisa lebih baik
tergantung rentang waktunya. Atau yang lebih nyata lagi data biaya ONH kalau
misalnya tanggal 10 Mei 2011 kita sudah punya cukup uang untuk bayar ONH
sebesar Rp. 36 juta tetapi karena ada sesuatu yang membuat kita belum bisa
berangkat, maka berdasarkan harga spot emas LM tanggal 10 Mei 2011 dapat
dibelikan emas LM sebanyak 85 gram (terdiri dari 3 keping emas LM ukuran 50,
25, 10) lalu simpanlah emas tersebut, pada saatnya kita sudah siap tinggal jual
emas tersebut Insya Allah kita tetap bisa membayar ONH bahkan bisa ada uang
sisa kalau melihat tren statistik ONH 5 tahun terakhir ini, karena kenaikan
emas jauh lebih tinggi daripada kenaikan ONH, Wa Allahu A’lam
Tidak ada komentar:
Posting Komentar